Oke kawan kawan, kali ini kita akan membahas salah satu bangunan bersejarah yang benar-benar sudah hilang tak berbekas dan terkenal sebagai salah satu bangunan berhantu sejak jaman belanda , bangunan ini adalah Oude Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting atau biasa disebut Rumah Sakit Simpang Surabaya.
Tahun tepatnya RS Simpang didirikan hingga kini belum diketahui secara pasti demikian juga siapa arsiteknya, namun yang pasti RS Simpang adalah RS tertua di Surabaya dan sudah berdiri sebelum tahun 1900, bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa RS ini dibangun atas perintah Daendels.
Salah satu dokter yang bertugas di RS ini adalah dr.Soetomo, selain sebagai dokter beliau juga salah satu dosen ( leraar ) kedokteran pribumi dimana beliau mengajar dermato-venereologie atau huid- en geslachtsziekten ( ilmu penyakit kulit dan kelamin )
Dan sungguh besar peranan RS Simpang ini dalam masa pertempuran Surabaya 1945, untuk menggambarkan bagaimana suasana RS Simpang ketika masa perang itu maka kami akan petikkan beberapa penggal dari memoar para veteran perang Surabaya :
Kolonel Dr. Wiliater Hutagalung
( buku Batara R. Hutagalung: “10 November ’45. Mengapa Inggris Membom Surabaya?")
ada dua peristiwa yang tidak dapat hilang dalam ingatan saya....… ketika seorang pemuda dibawa masuk ke ruang bedah dengan kedua kakinya hancur terlindas roda kereta api. Rupanya karena terlalu lelah sehabis pertempuran, tertidur di pinggir rel kereta api dengan kedua kakinya melintang di atas rel. Dia tidak terbangun ketika ada kereta api yang lewat, sehingga kedua kakinya putus dilindas kereta api. Dia masih sadar waktu dibaringkan ke tempat tidur, tetapi sebelum kita dapat menolongnya dia berseru:
‘Merdeka! Hidup Indonesia!’,
lalu menghembuskan napas terakhirnya.
‘Merdeka! Hidup Indonesia!’,
lalu menghembuskan napas terakhirnya.
Peristiwa yang kedua adalah, ketika melihat kesedihan seorang ibu muda yang menatap wajah anak perempuannya yang kira-kira berumur dua tahun, yang tewas akibat lengannya putus terkena pecahan peluru mortir. Dia menggendong anak itu ke Pos Sepanjang tanpa mengetahui, bahwa anaknya telah tewas ketika sampai di Sepanjang. Kami menanyakan:
‘Di mana ayah anak ini?’
Ibu muda itu menjawab: ‘Tidak tahu, suami diambil tentara Jepang, dijadikan
romusha (pekerja paksa). Dia belum pernah melihat anaknya.’
Ruslan Abdul Ghani ( buku berjudul "100 hari di Surabaya" )
.......Korban begitu banyak, pada satu hari kami menguburkan setidaknya 100 pejuang yang gugur di halaman Rumah Sakit ini......
dan hari ini tak ada satupun sisa dari RS Simpang yang masih berdiri, hanya menyisakan sebuah tugu kecil yang bertuliskan bahwa ditempat ini dulunya berdiri RS Simpang
namun dengan foto-foto yang kami dapatkan, marilah kita sejenak berjalan-jalan melewati lorong-lorong simpang, melewati halamannya, menghirup udara yang masih segar dengan pohon-pohon raksasanya........
nikmati saja, biarkan foto-foto ini bercerita tentang kejayaan Rumah Sakit Simpang =)
pintu masuk
halaman tengah
halaman belakang
bagian apotik RS Simpang
antrian pasien
dr Soetomo beserta para dokter Simpang
dokter di RS Simpang
perawat
para dokter muda yang sedang praktikum
bersantai di lorong Simpang
dan kini yang tersisa dari bangunan ini hanyalah seonggok tugu peringatan kecil yang terasing disamping megahnya Delta Plaza
Tulisan dalam tugu ini :
"Kawasan delta plaza ini dulunya Rumah Sakit Umum ( CBZ ), korban pertempuran 10 November 1945 memenuhi seluruh pojok gedung dan meluber sampai ke halaman Rumah Sakit.
Para dokter dan perawat bekerja terus menerus namun banyak korban tak tertolong jiwanya. Mereka yang bisa diselamatkan diangkut keluar kota. Karena meluasnya pertempuran maka tanggal 14 November 1945 dilakukan pengungsian terakhir dengan kereta api dari stasiun Gubeng menuju Malang "